Brem dan Tuak, Wine Tradisional Lombok

 Oleh: Redaksi

Hampir di setiap daerah di Indonesia memiliki minuman tradisional yang mengandung alkohol. Kalau di budaya barat disebut wine, maka di budaya timur atau budaya Asia disebut tuak. Di Indonesia sendiri ada banyak jenis tuak bahkan memiliki sebutan khusus.

Tuak atau minuman alkohol tradisional sudah lama dikonsumsi sejak jaman kerajaan nusantara. Tuak menjadi minuman istimewa yang disajikan dalam pertemuan kerajaan. Hingga masih bertahan sampai sekarang dan sangat lekat dengan budaya adat dan tradisi masyarakat lokal. Di Lombok, selain tuak, brem cukup terkenal dalam kebudayaan masyarakat.

 


                                                    foto: Ilustrasi minuman tradisional


Brem

Brem adalah salah satu minuman tradisional yang mengandung alkohol. Di Lombok, minuman ini umumnya ditemukan di Kabupaten Lombok Utara, daerah yang banyak dihuni komunitas Hindu-Bali. Selain menjadi minuman untuk kebutuhan pribadi, brem juga umumnya disajikan dalam upacara tradisional tertentu dan ritual keagamaan sebagai sajian gratis. Dalam jurnal Indian Journal of Traditional Knowledge, menjelaskan dalam dosis tertentu, orang mengonsumsi untuk menjaga kehangatan tubuh dan melancarkan peredaran darah.

Rata-rata konsumsi alkohol akan meningkatkan kadar hormon yang dipercaya dapat membantu mengurangi penyumbatan dan pembekuan darah, sehingga mengurangi risiko penyakit jantung. Selain mengandung alkohol, hasil dari konversi data menggunakan Konsumsi Pangan Indonesia, brem dicirikan oleh kandungan kalsium, zat besi, energi dan karbohidrat (Sukenti dkk, Ethnobotany of Sasak Traditional Beverages as Functional Foods, 2019).

Brem diproduksi dari ketan fermentasi. Mengandung alkohol, reduksi gula, gas CO2 dan sedikit asam organik. Biasanya rasanya asam dan manis, berwarna merah, dengan kandungan alcohol 3-10%3, dan dapat diproduksi dari beras hitam atau putih. Fermentasi tahap pertama menghasilkan ketan tape, yang difermentasi lebih lanjut selama sekitar 7 bulan dan menghasilkan alkohol. Terkadang daun sayut katuk ditambahkan selama proses pengukusan untuk memberi aroma harum hingga brem menghijau. Konsumsi berlebihan brem bisa menyebabkan mabuk perjalanan, di mana orang akan lepas control dalam bicara, keseimbangan, dan emosi, yang mungkin akhirnya mengarah pada tindakan kriminal.

 

Tuak

Tuak berasal dari air yang disadap dari pohon palem atau nira. Ada dua macam tuak, tuak manis arak dan tuak toaq (arak tua). Tuak manis adalah air diambil dari tangkai pohon tanpa melalui proses fermentasi, sedangkan tuak toaq difermentasi dari tuak manis, sehingga mengandung alkohol. Tuak manis banyak diproduksi di kawasan Hutan Pusuk, Lombok Barat.

Menurut kepercayaan masyarakat, jika tuak manis dikonsumsi secara teratur dapat menyembuhkan beberapa penyakit seperti diabetes, sembelit, kencing batu, sariawan dan juga bisa menetralisir racun dan menjaga kesehatan manusia.

Proses pengambilan air pohon nira biasanya dilakukan pada musim kemarau, agar kualitas timah tidak terpengaruh oleh air hujan. Keran segar langsung dipanen dari pohon, maka biasanya dijual langsung sebagai tuak manis, atau diolah menjadi gula merah. Untuk menambah rasa manis pada tuak manis, terkadang penyadap tuak menambahkan sepotong kayu kurut, sebagai bahan pengawet alami untuk memperlambat proses fermentasi pada nira.

Untuk membuat tuak toaq, air timbal segar dicampur dengan kulit kayu bayur untuk difermentasi hingga mengandung alkohol. Tuak manis lebih unggul dalam kandungan energi, sedangkan tuak toaq dikelompokkan bersama dengan minuman yang mengandung protein dan fosfor. (Red)*


*Terbit di kicknewstoday

Comments